Investasi AI: Melampaui Efisiensi Menuju Inovasi dan Penciptaan Nilai Baru

Laporan terbaru dari IBM, berjudul “Industries in the AI Era: How 10 Industries are Harnessing AI to Supercharge Business Opportunities,” menyoroti pergeseran signifikan dalam investasi perusahaan di bidang Kecerdasan Buatan (AI). Fokus konvensional pada AI yang terutama sebagai alat untuk efisiensi kini berkembang, dengan perusahaan-perusahaan semakin mengakui potensi transformatifnya untuk mendorong inovasi dan menghasilkan bentuk-bentuk nilai yang sepenuhnya baru.

Laporan tersebut menyoroti lonjakan investasi AI yang luar biasa, menunjukkan peningkatan 78% antara Desember 2022 dan Maret 2024. Pertumbuhan substansial ini menggarisbawahi pemahaman yang berkembang di kalangan bisnis bahwa hanya mengejar peningkatan produktivitas melalui AI berisiko mengabaikan peluang yang lebih besar untuk inovasi yang inovatif. Organisasi yang membatasi strategi AI mereka hanya untuk peningkatan efisiensi mungkin menemukan diri mereka dalam posisi yang tidak menguntungkan dalam lanskap teknologi yang berkembang pesat.

Sektor telekomunikasi, khususnya, berada pada titik krusial, merangkul AI tidak hanya untuk peningkatan operasional tetapi juga untuk kemajuan strategis. Temuan IBM menunjukkan bahwa AI semakin terintegrasi ke dalam area-area penting seperti:

  • Pengambilan Keputusan Strategis: AI memberdayakan perusahaan telekomunikasi untuk membuat pilihan strategis yang lebih terinformasi dan didorong oleh data, memungkinkan mereka untuk menavigasi dinamika pasar yang kompleks dan mengantisipasi tren masa depan dengan akurasi yang lebih besar.
  • Optimalisasi Jaringan: Adopsi AI mengarah pada operasi jaringan yang lebih efisien dan kuat, memastikan konektivitas tanpa batas dan peningkatan kualitas layanan bagi konsumen. Ini mencakup pemeliharaan prediktif, manajemen lalu lintas, dan alokasi sumber daya.
  • Layanan Pelanggan Proaktif: Solusi bertenaga AI memungkinkan penyedia telekomunikasi untuk menawarkan dukungan pelanggan yang lebih personal dan proaktif. Ini berkisar dari chatbot cerdas yang menangani pertanyaan rutin hingga analitik canggih yang memprediksi kebutuhan pelanggan dan potensi masalah sebelum muncul.
  • Manajemen Rantai Pasokan: AI terbukti instrumental dalam mengurangi gangguan dalam rantai pasokan, aspek krusial bagi perusahaan telekomunikasi yang mengandalkan jaringan global yang kompleks untuk peralatan dan layanan.
  • Memaksimalkan Potensi 5G: Dengan peluncuran jaringan 5G, AI dimanfaatkan untuk membuka kemampuan penuh dari teknologi canggih ini, mengoptimalkan kinerjanya dan menjelajahi aliran pendapatan baru yang dapat diaktifkannya.

Catherine Lian, General Manager & Technology Leader di IBM ASEAN, menekankan periode transformatif ini selama forum online pada 11 Juni 2025. Ia menyatakan, “Kecerdasan buatan (AI) merevolusi berbagai industri, dan sektor telekomunikasi berada di persimpangan kritis transformasi dan peluang.”

Laporan IBM selanjutnya mengungkapkan wawasan yang menarik dari para eksekutif telekomunikasi:

  • Dampak AI Generatif: Sebanyak 80% eksekutif telekomunikasi percaya bahwa AI generatif akan secara fundamental mengubah peran dan struktur organisasi mereka dalam tiga tahun ke depan. Ini menunjukkan keyakinan kuat bahwa AI, terutama kemampuan generatifnya, akan membentuk ulang model bisnis, penawaran layanan, dan lanskap kompetitif.
  • Katalis Inovasi: Hampir 79% CEO di sektor telekomunikasi melihat AI generatif sebagai peluang signifikan untuk memposisikan penyedia layanan komunikasi sebagai katalisator inovasi di berbagai industri. Ini menunjukkan ambisi strategis untuk melampaui layanan telekomunikasi tradisional dan menjadi pendorong utama transformasi digital untuk sektor lain.
  • Mempercepat AI Agentik: Kitman Cheung, Chief Technology Officer di IBM ASEAN, menyoroti bahwa 56% CEO yang diwawancarai secara aktif mendorong untuk mempercepat penguasaan “agentic AI” dan berupaya membuat teknologi ini lebih mudah digunakan dalam organisasi mereka. Agentic AI mengacu pada sistem AI yang mampu bertindak dan mengambil keputusan secara otonom, menandakan pergeseran menuju aplikasi AI yang lebih canggih dan mandiri.

Menurut Cheung, inisiatif-inisiatif ini sejalan dengan tiga prioritas utama bagi CEO telekomunikasi:

  • Penciptaan Produk dan Layanan Inovatif: Prioritas utama adalah memanfaatkan AI generatif untuk mengembangkan produk dan layanan inovatif yang dapat menarik dan mempertahankan klien tambahan, memastikan pertumbuhan berkelanjutan dan relevansi pasar.
  • Membangun Ekosistem dan Kemitraan: Selain inovasi internal, para CEO mengakui peran krusial dari membangun ekosistem yang kuat dan kemitraan strategis. Pendekatan kolaboratif ini dianggap penting untuk memperluas jangkauan pasar dan mendorong lanskap solusi berbasis AI yang lebih luas.
  • Peningkatan Produktivitas dan Profitabilitas: Prioritas kunci ketiga adalah memanfaatkan AI untuk secara nyata meningkatkan produktivitas dan profitabilitas perusahaan. Ini mencakup optimalisasi operasi internal, penyederhanaan proses, dan identifikasi jalur baru untuk menghasilkan pendapatan melalui wawasan dan kemampuan yang didorong oleh AI.

Intinya, industri telekomunikasi sedang memasuki fase baru di mana kegunaan AI melampaui efisiensi semata. AI kini dipandang sebagai katalisator yang kuat untuk menciptakan aliran pendapatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan model bisnis yang sepenuhnya baru, menandai evolusi signifikan dalam bagaimana AI dipandang dan diimplementasikan di seluruh perusahaan.